15 List Kebiasaan Wanita era 80-an

Terkadang kita sedikit melupakan kebiasaan baik wanita sebelum kita. Terlupa melibatkan kebiasaan itu untuk kita terapkan dikehidupan kita. Ada kalanya warisan itu tidak berjalan estafet untuk generasi berikutnya. Adakalanya pemikiran baru bahwa kebiasaan lama itu bukan hal yang penting. Bahkan ada yang menganggap mitos atau kepercayaan. Padahal jika kita sedikit merenung kebiasaan ini baik buat diri kita. Sehingga hadir ketenangan di dalam rumah. Rumah juga memiliki jiwa dan kenyamanan alias keberkahan.

Aku pribadi sangat ingin tahu bagaimana di era mereka, mereka mampu mengerjakan urusan rumah tangga begitu tulus dan tak tergesa. Mungkin karena mereka tak terdistraksi dengan smartphone. Sehingga urusan rumah tangga bisa dikatakan beres. Tentu saja ini penilaian secara subyektif sudut pandang aku pribadi yang mengamati nenek kita, kata orang tentang zaman dulu, melihat film jadul atau sedikit membaca dari sumber-sumber yang bertebaran di internet.

Aku coba rangkumkan sebagai pelajaran, pengingat, dan catatan buat aku pribadi khususnya dan semoga bermanfaat buat ibu lainnya agar kita tak lupa akar kita. Agar sentuhan kenyamanan rumah tak sekedar perabotan yang estetik atau interior yang selalu update. Berikut kebiasaan yang bisa kita latihkan buat diri dan semoga menjadi kebiasaan baik.

Mengelola Rumah dan LIngkungan:

  1. Bangun sebelum fajar, anggap aja 30 menit sebelum adzan Shubuh. Mungkin ada yang sudah terbiasa ada pula yang kadang bangun sebelum fajar kadang lewat, ada juga wanita tak menganggap penting bangun sebelum Fajar ini.
  2. Menyimpan makanan di era 80 an tidak di kulkas, mereka menyimpan di tembikar yang memiliki sirkulasi baik, katanya makanan lebih awet. Ada beberapa makanan yang masih kita simpan di kulkas, ada pula di letakkan di luar, sekarang banyk yang menggunakan dari bahan plastik.
  3. Menanam tanaman yang berfungsi sebagai obat-obatan, dulu ada program pemerintah TOGA, tanaman obat keluarga. Dimana dihimbau rumah-rumah memiliki kebun kecil untuk TOGA. Di masyarakat urban yang sedikit lahan tentu ini menjadi tantangan tersendiri.
  4. Menyapu halaman pagi dan sore. Ada yang masih melakukan rutinitas ini? Aku ingat betul saat dulu rumah orangtuaku pagi hari yang utama di sapu adalah teras lalu halaman, karena memang dulu didepan rumah ada pohon-pohon. Aku pun yakin beberapa teman khususnya yang tinggal dengan rumah yang punya halaman masih sering melakukan hal ini.
  5. Menjemur bantal dan guling sepekan sekali. Di beberapa daerah sering dijumpai, pagar tanaman mereka untuk tempat menjemur. Rasanya bantal kalau sudah dijemur itu memang enak. Ibu klasik zaman dulu melakukan ini sebagai upaya agar suami dan anak-anaknya tidur pulas

Mengelola Makanan:

  1. Menyimpan beras di wadah gentong dari tanah liat, konon beras lebih awet dan anti kutu, kita coba yuk.
  2. Membuat bumbu dengan di uleg. Kata orang, diuleg itu lebih nikmat, ya ngga sih?, biasanya aku kalau masak yang memerlukan hanya sedikit bumbu masih menggunakan tumbukan bentuknya seperti mangkuk tinggi terbuat dari batu (uleg ala sumatra/kalimantan), kalau di jawa diuleg dengan bentuk batu seperti piring. Sampai saat ini masih sering dilakukan oleh para wanita ya, tapi kalau bikin banyak memang lebih praktis pake blender, hehehe.
  3. Membuat Jamu sendiri, kalau zaman modern sekarang buat juice atau smooties, hehe. Sama-sama buat kesehatan. Tapi berlatih membuat jamu sendiri minimal kunyit asem dan beras kencur adalah sebuah kewajiban menurutku. Agar tak lupa siapa kita sejatinya.
  4. Mengeringkan dan menyimpan rempah. Zaman sekarang kita sudah banyak di pasar tersedia rempah kering. Namun, apa salahnya kita coba sendiri dirumah. Aku ingat dulu seorang ibu dari guruku yang sering aku datangi rumahnya pas ada pengajian pekanan masih sering mengiris aneka rempah diletakkan di tampah lalu mengeringkan di atap rumah.
  5. Membuat gudangan, ternyata gudangan itu sebenarnya sayur-sayur yang tersisa lalu diolah kembali menggunakan kelapa. Sehingga tidak ada makanan yang tersisa. Lagipuala anak-anak aku pribadi suka sekali gudangan ini. Yuk, sering bikin gudangan hehe.

Hubungan sosial dan spiritual:

  1. Mengajarkan kepada anak-anak tata krama dalam jawa, kita menyebutnya “unggah ungguh”. Hal yang penting di era sekarang saat kita minim etika. Apalagi pengajaran etika sudah tidak menjadi pelajaran khusus di sekolah. Namun di dalam Islam, juga diajarkan tentang adab terkait dengan akhlaq baik.
  2. Bertukar makanan dengan tetangga. Dulu saat aku masih gadis dan saat lebaran tiba, seringkali jadi sasaran empuk mengantar makanan ke tetangga. Kalau ngebayangin dulu itu malu banget rasanya. Tapi justru itu menjadi kenangan dan masih aku lanjutkan tradisi orangtua untuk saling bertukar makanan. Kalau sekarang namanya hampers, hahaha.
  3. Membacakan kisah dan hikayat yang sarat dengan pelajaran moral. Jangan biarkan anak tidur sebelum kita bacakan cerita para alim ulama, para pejuang, dan kisah kuno yang masih sarat makna.
  4. Menyediakan waktu khusus untuk keluarga, baik itu sore maupun malam. Duduk bersama keluarga, ngobrol meskipun ngalor ngidul istilahnya. Ceritakan tentang hari ini, ceritakan pelajaran apa yang bisa dipetik setelah berada di sekolah maupun kehidupan. Kalau zaman sekarang, istilahnya healing, jalan keluar bersama
  5. Menulis surat untuk anggota keluarga, disimpan lalu nanti dibacakan saat akhir tahun. Terdengar seru ya. Ngebayangin saling bacain surat agar bisa muhasabah diri. Tahun depan perlu perubahan apa.

Aku yakin, banyak ibu-ibu yang masih memegang tradisi baik seperti ini. Buat aku pribadi setiap membaca atau menuliskan tentang kebiasaan wanita zaman dulu, hal ini selalu menjadi motivasi aku untuk lebih semangat dalam mengurus rumah dan keluarga. Terdorong setiap harinya untuk berlatih dengan kebiasaan baik mereka meski tak selalu tertib, meski seringkali tak sempurna ku menjalankannya. Sering merasa gagal juga. Tapi yang dilihat Allah adalah bagaimana kita jatuh-bangun, jatuh-bangun lalu terbentuk. Teruslah memperbaiki diri sehingga menjadi ibu yang penuh hikmah dan ketenangan bisa kita wariskan untuk anak cucu. Aamiin…

Tak hanya eksistensi yang kita cari tapi tugas kita sebagai ibu adalah menanamkan nilai-nilai baik terus menerus. Kitalah penjaga tradisi dan kebiasaan, kita pula yang menjadi jembatan agar warisan nilai tak terkikis oleh derasnya waktu. Kita rayakan waktu yang ada dengan menanam banyak kebiasaan baik.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *