Helsinki : Kota Tenang di Tepi Laut Baltik

Menghargai yang sederhana, menikmati yang hadir, dan merawat hidup dengan tenang.

Hari pertama menginjakkan kaki di ibukota Finlandia, Helsinki aku merasa “ah…akhirnya ke negara ini“. Setelah sekian lama hanya bisa membaca bukunya dan mendengar negaranya yang hits karena pendidikannya yang menjadi inspirasi dunia. Berbondong-bondong para pendidik di Indonesia mulai melirik Finlandia sebagai rujukan kurikulum atau pendidikan karakternya. Cara Finlandia juga banyak ditiru negara lain.

Apa sebenarnya keistimewaan Helsinki Finlandia? Betul sekali meski ibukota negara Finlandia yang terletak di tepi laut Baltik ini adalah kota ini mencintai kesunyian. Tidak seperti ibukota negara lainnya, kota ini tidak bising. Kultur negara Skandinavia yang banyak berjalan kaki, kalau jauh banyak menggunakan transport kereta dan sepeda. Tak ada antrean macet, suara klakson bersahutan, atau udara yang menyesakkan dada, langit pun tak ternoda warna abu-abu akibat polusi. Udara di sana sangat cerah. Kalau poto-poto di sana, hampir semua hasil poto estetik karena dapat pencahayaan Ilahi. Hehe

Di Helsinki ada pasar tradisional yang sudah ada sejak abad ke-19. Kauppatori namanya. Pasar ini sebagai wajah Finlandia yang mencintai kerajinan tangan, buatan tangan, hasil alam, dan gaya hidup sederhana namun hangat. Pasar ini juga sebagai wadah silaturahim antar kampung, istilahnya begitu.

Kekhasan Kauppatori adalah penjualan ikan salmon yang rasanya enak sekali, khas Baltik, ada ikan asap dan goreng. Kerajinan tangan tradisional rajut dan perhiasan. Buah beri liar dari hutan Finlandia. Bahkan sayuran juga sangat segar. Oiya, di pasar ini aku ada ketemu kios yang menjual kue pie yang sangat enak, rasa butternya berpadu dengan rasa apel yang karamel. Khusus kios roti mereka akan memberitahu kepada kami yang muslim untuk tidak membeli daging karena belum tentu halal, maka akan diarahkan varian roti sayuran.

Lalu, apa sebenarnya budaya yang baik dari ibu kota desain, pusat teknologi, dan pendidikan maju ini?

  1. Masyarakat Helsinki mencintai alam, ketenangan, dan sangat menghargai privasi. Namun meski menghargai privasi, mereka sangat hangat dan menghargai kesederhanaan hidup.
  2. Orang Finlandia saking sukanya dengan alam, mereka memiliki hutan pinus dan sauna pinggir danau yang bisa ditempuh hanya 30 menit dari pusat kota. Sauna merupakan tradisi orang Finlandia, bahkan sauna menjadi tempat untuk berdiplomasi. Sauna adalah ritual pembersihan jiwa, ruang untuk diam, dan merenung. Zaman dahulu, sauna merupakan tempat orang dilahirkan dan wafat. Begitu dalam maknanya.
  3. Filosofi terkenal Finlandia adalah Sisu, sebuah filosofi tentang ketangguhan batin, ketekunan, dan ketenangan dalam menghadapi kesulitan.
  4. Masyarakat Helsinki menciptakan kenyamanan rumah dari kayu yang sederhana, jendela-jendela kecil yang menyimpan lilin, serta merawat taman dengan kesadaran tinggi, sehingga saat salju, taman tetap terawat dibersihkan.
  5. Budaya literasi sangat tinggi di kota ini, hhingga UNESCO menobatkan City of Literature. Perpustakaan menjadi rumah kedua.
  6. Budaya berjalan dan bersepeda. Bahkan jalur sepeda saat salju lebih diutamakan dibersihkan terlebih dahulu dibanding mobil.
  7. Perencanaan kota yang ramah lingkungan, karena kota ini dirancang untuk manusia bukan mobil.

Dibalik budaya Helsinki yang penuh makna, ada falsafah kuno, hidup khas Nordik sejak zaman viking yakni “lagom” yang berarti secukupnya. Warga Helsinki tak mengejar kemewahan berlebih. Mereka memilih hidup yang efisien, tertata, dan selaras dengan lingkungan. Keseimbangan lebih diutamakan dari kecepatan. Kemajuan kehidupan tak harus diiringi kebisingan. Lagom adalah seni menata hidup secara perlahan.

Pesan untuk Ibu masa kini

Lagom mengajarkan bahwa:

  1. Kita tak harus selalu menuntut diri untuk produktif- berisitirahat pun adalah bagian dari cara kita meresapi hikmah hidup.
  2. Rumah tak harus sempurna dan berkilau untuk mengundang keedamaian.
  3. Anak-anak tak perlu ditumpuk aktivitas sana sini, cukup kita temani dengan hati yang sungguh-sungguh.

Helsinki mengajarkan pada kita bahwa hidup tak selalu harus ramai untuk bermakna, dalam sunyi pun, ada sejarah yang tumbuh.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *