Tradisi Hidup Sederhana dan Bermakna

Ambil seperlunya, simpan sisanya, bagikan selebihnya.
-Frugal Living-

Aku bersyukur sekali punya Bapak yang tidak mengajarkan anaknya konsumtif. Bapak adalah sosok yang terampil dalam hal restorasi barang. Barang lama lemari usang, kursi lawas, ditangan Bapak bisa jadi bagus kembali. Bapak dari aku masih kecil tidak pernah membelikan aku sepeda baru. Aku belajar sepeda dari sepeda yang besar punya eMma’. Mungkin dulu aku sering protes, kenapa tidak ada yang baru. Dan, takdir pun mendukung, aku dibelikan sepeda baru dan langsung hilang beberapa hari kemudian. Kakakku punya motor baru dan hilang juga. Hahaha. Kalau ingat dulu saat itu sedih sekali, protes sama Allah. Namun seiring tumbuh dewasa dan berumur, mulai paham dan menjadi rasa syukur karena belajar dari barang-barang yang tak selalu baru namun menenangkan.

Konsep menghargai yang ada, tidak terburu membeli, sudah ditanamkan sejak kecil. Warisan nilai ini penting bagiku sehingga konsep mencintai alam, sustainable living, green, klasik, frugal living, slow living, seolah sudah menyatu dengan kehidupan di masa kecil meski belum tau istilahnya dan belum terperinci definisinya. Aku sendiri pun bergerak di lini produktivitas bidang ekonomi rumah seputar organik, alami, dan buatan tangan. Usaha yang sudah didirikan sejak 2010. Alhamdulillah masih diusahakan untuk bertahan.

Kali ini aku mau nulis seputar frugal living. Ini bukan tentang gaya hidup, tapi ini adalah sebuah jalan hidup. Sebelum mengenal istilah frugal living pun aku yakin banyak dari kita pun melakukan ini namun dulu itu kita ga mengenal istilah demikian. Dan, kurang meresapi dan meyakini falsafah hidup frugal living. Yuk, kita perkuat lagi nilai-nilai hidup yang pernah diajarkan leluhur kita dan dimasa sekarang sangat penting kita terapkan ditengah gempuran konsumerisme dan pasar global.

Sebagai homemaker tentu konsep frugal living tak hanya tentang seni berhemat, namun lebih dalam lagi ini tentang bagaimana hidup bijak, sadar, terarah, penuh rasa syukur, dan berkecukupan tanpa mengorbankan kualitas hidup. Bukan tentang tips hemat saja, namun pilihan hidup lebih bermakna, cukup, dan berkelanjutan.

Frugal Living berarti :

Mengatur hidup secara bijak dan efisien, dengan memprioritaskan kebutuhan, menghargai apa yang dimiliki, dan menolak pemborosan dalam bentuk apapun.

Prinsip-prinsip Frugal Living:

  1. Cukup itu Kaya. Hidup sederhana itu bukan berarti kekurangan materi, tapi tahu kapan cukup, dan kapan berhenti. Menghindari gaya hidup konsumtif atau impulse buying. Memprioritaskan fungsi daripada gengsi. Melatih diri untuk bersyukur dan mengoptimalkan apa yang sudah dimiliki.
  2. Belanja dengan sadar, bukan dengan nafsu. Setiap rupiah punya arah. Buat daftar belanja sebelum ke pasar. Membandingkan harga dan nilai guna. Tunda pembelian 3 hari dengan bertanya pada diri “Perlu ga ya, butuh ga ya”
  3. Gunakan yang ada, perbaiki sebelum ganti. Barang bukan hanya alat, tapi bagian dari hidup.
  4. Masak sendiri, makan dari dapur sendiri. Bikin stok bumbu dasar, hemat waktu, dan biaya. Gunakan bahan lokal dan buah/sayur musiman. Kreasikan menu dengan sisa makanan (zero waste cooking). Masak secukupnya, sekiranya cukup untuk anggota keluarga.
  5. Hemat energi dan waktu. Hemat bukan soal uang, tapi juga tenaga dan pikiran. Matikan lampu, peralatan listrik saat tidak digunakan. Gunakan cahaya alami, angin, dan air hujan. terapkan rutinitas agar efisien dalam mengatur rumah.
  6. Berbagi. Frugal mampu menguatkan nilai sosial. Sisihkan untuk sedekah meski sedikit, tukar-menukar barang dengan tetangga. Mewariskan nilai berbagi dengan sesama.
  7. Menolak budaya buru buru dan gengsi. Frugal selaras dengan hidup pelan, bukan lomba. Tidak mengikuti tren misal dekorasi rumah kekinian. Tak ikut-ikutan tren tanpa manfaat. Jangan malu memakai barang lama. Menghargai proses, bukan tampilan. Menghargai esensi bukan gengsi.

Frugal Living adalah pilihan jiwa yang menginginkan hidup yang berlimpah makna, kaya dalam rasa cukup, dan kuat dalam pengelolaan. Melatih diri untuk mampu menciptakan ruang keberkahan dan kelapangan.

Langkah-langkah untuk Frugal Living Tanpa Melupakan Akar dan Spiritual:

  1. Hidup sesuai kebutuhan, bukan keinginan. Inventarisasi kebutuhan keluarga, makanan pokok, pendidikan anak, transportasi, kesehatan, dan sedekah. Gunakan prinsip “cukup, bukan mewah”. Misal, baju yang layak pakai lebih utama daripada baju bermerek. Kata orang dulu “ hidup ini sementara, janganlah menghabiskan untuk gaya hidup“.
  2. Memasak sendiri dan tidak berlebihan dalam belanja. Bijak membuat meal plan mingguan dan sesuaikan target budget lalu list. Belanjalah sesuai daftar. Pilihlah produk lokal dan buah atau sayur musiman.
  3. Bikin sendiri produk rumah tangga. Banyak produk alami yang bisa dipakai dirumah kita, namun terkadang kita kurang sabar dan lebih terbiasa dengan yang instan. Padahal alam sudah banyak sedia bahan untuk merawat rumah kita.
  4. Baju, perabot, dan barang-barang rumah tangga diutamakan yang memiliki fungsi. Belanja bajupun jangan tergoda tren sesaat. Beli perabot yang tahan lama tak hanya estetik sesuai tren, tapi lebih kepada barang yang awet dan menyenangkan.
  5. Gunakan energi secara bijak. Sudah bener orang dahulu menggunakan tungku tanah liat. Menampung air hujan, dan juga memanfaatkan sinar matahari.
  6. Rawat tubuh dan jiwa secara alami. Membuat produk-produk alami untuk merawat wajah. Ganti kebiasaan belanja cuci mata, dengan kegiatan berkesadaran, membaca kitab kuno, atau menulis jurnal.
  7. Belajar dari tradisi dan kearifan lokal. Pelajari lagi cara Nenek kita terdahulu dalam mengelola rumah. Seperti, menyimpan bahan makanan dengan garam, menggunakan anyaman untuk wadah menyimpan, dan meminimalkan sampah. Menyimpan warisan resep, obat-obatan alami, dan petuah-petuah hidup sebagai panduan.
  8. Edukasi dan hiburan gratis. Manfaatkan perpustakaan, channel edukatif gratis di YouTUbe, dan buku bekas untuk belajar dan hiburan anak. Menciptakan hiburan keluarga seperti piknik di halaman, berkebun, atau bermain permainan tradisional.
  9. Syukuri barang dan sumber daya yang ada, yang sudah menempel di diri kita, serta cek apa yang sudah ada di sekitar kita yang bisa di syukuri dan dimanfaatkan.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *