Salah satu kebiasaan yang ingin selalu kami terapkan di keluarga adalah, bagaimana keluarga dianugerahkan Allah mencintai ilmu sepanjang hayat. Minimal banget rajin baca buku, baik saya dan anak-anak. Dulu pas anak-anak masih homeschooling masih bisa ada forum menceritakan buku. Tapi sekarang setelah anak-anak sekolah hampir tak ada. Kami masih membaca buku tapi tak menceritakan kembali. Kami sibuk dengan targetan membaca masing-masing sampai lupa untuk saling menceritakan secara khusus. Namun, terkadang ada waktu di mana sepulang sekolah, selama perjalanan anak saya menarasikan apa yang sudah selesai di bacanya. Bahkan sangat sering sepulang sekolah mampir ke toko buku. Aga boros juga sebenarnya huwaa, tapi akhirnya budget buat saya belanja belinji yang dikurangi hehe. Anakku yang tengah sangat menyukai buku. Jadi membaca novel tebal sehari bisa rampung. Sudah bisa begitu asyik dengan novel saja aku bersyukur. Setidaknya membaca buku cerita itu pintu pembuka seseorang mencintai buku lainnya.
Memang di jaman sekarang tradisi membaca buku perlahan terkikis dengan kehadiran digitalisasi. Informasi sudah tak hanya buku text tapi ada di internet. Ini hal yang saya sangat kendalikan, agar akses digital tetap perlu di seimbangkan dengan buku text cetak. Mengapa? Setidaknya tak 24 jam kita terpapar radiasi yang bisa mengurangi fungsi otak dan mata. Jadi, buku cetak tetap ada di rumah, dalam perpustakaan mini keluarga.
Tentu saja kita sebagai Ibu juga perlu memberikan ilmu agama kepada anak-anak. Secara Ibu adalah madrasah utama keluarga, maka dari itu ada beberapa buku klasik wajib yang direkomendasikan para Guru untuk dipelajari jika ingin mendekat ke jalan ruhani dan mendapat bimbingan Ilahi Robbi. Buku wajib dasar ini penting dipelajari untu memurnikan niat dan adab. Adapun para Muslimah jaman dahulu juga membekali diri dengan kitab-kitab klasik turun temurun.
Dengan belajar agama, bisa menjadi kesadaran yang lembut dan hati yang lebih peka dalam merawat dan mendidik anak-anak. Pada akhirnya hidup kita kelak juga akan dipertanggungjawabkan. Apa lagi yang dibawa selain amal dan perbuatan. Agar kita tak salah jalan kita pun perlu mengetahui landasan ilmu untuk lebih mudah menghayati agama sebagai laku hidup.
Kitab Dasar Klasik yang Direkomendaisikan:
- Ta’lim al-Muta’alim (Imam Az-Zarnuji) buku tentang adab mencari ilmu, keikhlasan, dan bagaimnahati seharusnya dalam proses belajar. Inilah kitab pembuka jalan ruhani, agar belajar tasawuf tidak menjadi ego spiritual.
- Mukhtashar Minhaj al-Qashidin (Ibn Qudamah al-Maqdisi) lebih ringan daripada Ihya, cocok buat pemula. Buku ini tentang pembersihan jiwa,akhlaq dan jalan menuju Allah.
- Bidayatul Hidayah yang ditulis Imam Al-Ghazali. Buku tentang langkah-langkah awal menuju hidayah. Adab bangun tidur sampai tidur lagi dan akhlak harian.
Kitab Menengah Klasik
- Ihya ‘Ulumu al-Din (Imam Al-Ghazali) buku tentang empat bagian besar: Ibadah, adab sehari-hari, penyakit hati, dan jalan menuju Allah.
- Risalat al-Mustarsyidin (Imam Harits al-Muhasibi) Bimbingan bagi murid yang ingin berjalan di jalan ruhani.
- Qut al-Qulub (Abu Talib Al-Makki) Buku tentang kehidupan ruhani para wali, dzikir, tawakal, zuhud, dan cinta kepada Allah.
Jalan ini bukan jalan cepat menuju Allah SWT, tapi bagaimana kita bertahan untuk Isitiqomah sepanjang hayat. Beramal terus menerus, mungkin sederhana tapi rutin. Berdzikir yang menghidupkan hati tak sekedar lisan. Bismillah.