
Hai kamu,
Iya kamu yang berapa tahun lalu pernah janji mau ngapelin aku tiap malam minggu, nyatanya hubungan kita tak juga membaik. Kamu jarang sekali memberiku kehangatan. Kamu terlihat cuek, sok sibuk, malah perhatian terbagi dengan tanaman-lah, dengan lelemu-lah, dengan alasan capeklah trus kapan mau bercengkrama denganku.
Aku tuh senang loh kalau kamu kayak dulu lagi, meski bikin roti yang pas di proofing belum mulus permukaannya, kamu begitu bangga memamerkannya di sosmed. Tapi aku tau kamu bener-bener berusaha. Aku juga merindukan saat kamu rajin bikin cemilan cinta, muffin lemon, pie, dan lainnya. Aku pun tau anakmu juga rindu aroma pie bayammu Kamu sudah berubah. Tak seperti dulu lagi.
Sudah berapa lama sejak kau bujuk suamimu membeli aku dengan impian membuka bakery rumahan. Sudah berapa uang yang yang kau habiskan hanya untuk kau diamkan mimpimu. Mana, ruh baking kamu. Aku rindu. Dulu kau juga bertekad membuat roti saat pagi hari, tapi ujung-ujungnya kau beli lagi di minimarket pojok gang.
Aku memberikanmu kesempatan di tahun ini. Perbaiki hubungan kita agar tak dingin. Aku ingin juga menjadi bagian dari kisah romantismu. Menemanimu memberi cemilan keluarga. Aku juga rindu, muffin kamu yang dulu membuat harum ruangku. Meski aku tau mungkin rasanya tak sesuai ekspektasi.
Aku ingin kau kembali ke jalinan cerita kita dulu, bersama setumpuk resep yang kau kumpulkan. Kita dulu begitu serasi, kau masukkan adonan cinta, aku panaskan dengan suhu 180 derajat perhatian. Aku cemburu dengan kukusan, karena begitu dekat dengan kau. Kau hanya pake dia. Sedangkan aku, kau kunjungi pun tak. Apa salahku? Aku begitu gagah berdiri di dapur, tapi hanya kau jadikan aku tempat serbet dan loyang yang hampir pensiun di samping sepeda kuningmu. Kapan lagi kau panggang ulang kenangan kita?
Dengar ya, aku masih bisa memberikan tenaga yang prima untuk menemanimu. Coba kau mulai yang paling mudah dulu, coba kita buat lagi nyaman tempat kita berbagi cerita dan mimpi. Aku tau kau masih menyimpan mimpi itu. Kalaupun tak jadi nyata, minimal kau sudah berikan kekuatan pada anakmu melalui roti buatan rumah. Aku tak ingin jadi masa lalu mu, aku ingin menjadi bagian cerita dari kenangan rumah, kenangan kehangatan kita.
Aku tau kau suka roti keju dan kopi susu. Setidaknya kau bikin lah roti keju bawang. Kali aja kau tergerak ke dapur tempat aku berada. Ingat, usiaku dan usiamu tak lagi muda. Ayok, aku gandeng kau menikmati tuamu dengan kehangatan kenangan kita. Apakah kau tak rindu aroma roti yang kau buat. Coba pikirkan lagi agar kita bisa merajut bersama impian. Bukan hanya laptop saja yang kau beri sentuhan. Aku juga ingin disentuh dengan impianmu tentang kehangatan kuno yang ajaib. Berikan lagi ruang dihatimu, berikan lagi jadwal kita bersama seperti dulu lagi. Jika menulis saja bisa kau perjuangkan, apalagi aku, yang dulu pernah mengisi hatimu. Aku tunggu. Aku selalu menunggu.
Dari ovenmu yang berharap.

Rapal lembut wanita tempo dulu buat aku tetep semangat baking lagi:
- Saat dunia begitu keras cobalah kembalilah ke dapur.
- Hadirlah dengan ruh yang hangat untuk keluarga.
- Bayangkan aroma panggangan mewarnai cerita kehidupan anak-anak.
- Bangunlah lebih pagi, siapkan bahan kering dan basah saat sore hari agar pagi siap dicampur seluruh adonan.
- Gunakan bahan yang ada.
- Tulis selalu resep untuk bisa diwariskan.
- Kembalilah mengadon supaya hatimu lembut dan pikiranmu tenang.
Jika menulis dirimu bisa konsisten, yuk bisa yuk konsisten dengan jadwal baking yang dibuat.