“Kalian diskors tidak megang HP dan akses internet 40 hari!” kata suamiku murka, dikarenakan screen time sudah mengganggu ketentraman rumah, pelanggaran pada ketaatan, mengancam kerukunan keluarga, ketidakpedulian meningkat. Anak-anak terdiam melihat ayahnya yang selama ini sering melucu tetiba marah diiringi suara 7 oktaf. Gadget disimpan, tidak ada HP & Laptop selama sebulan lebih sepuluh hari.
Apakah ancaman ini berlaku? Iya, akhirnya anak-anak tak ada yang akses HP. Aku pun terkena imbas tak bisa akses sembarangan artinya screen time ku pun sedikit berkurang (sedikit aja sih ha ha ha), karena memang urusanku terkait aktivitas sosial dan kerjaan memerlukan internet.
Bagaimana saat anak-anak tidak megang HP dan akses internet?
- Bersiap fase tantrum beberapa hari. Kuatkan hati, keluarin jurus menutup gendang telinga tanpa tangan, aksi diam saat anak-anak marah-marah. Tenangkan mereka saat sudah reda amarahnya.
- Siapkan ide-ide bermain dan aktivitas pengalihan (membaca buku, menghapal surah pendek Al-Qur’an, menulis jurnal, mewarnai, mainan, naek sepeda, jalan-jalan, nemenin main, bercerita, tanya jawab alias ngobrol, dst). Intinya keluarin semua ide selama ini yang hanya sering kita save di sosial media, mulai praktekkan. Ha ha.
- “Paksa” mereka baca buku. Hampir setiap pulang sekolah mampir ke toko buku, entah cuma membaca resensi dan keliling dari rak ke rak, atau memang membeli buku. Buku yang dipilih buku novel. Jadi selama masa hibernasi mereka sibuk dengan aktivitas membaca buku buat anak yang sudah besar dan bermain jumpalitan kesana kemari bagi anak yang masih kecil.
- Jalan-jalan ke alam sangat bisa mengalihkan emosi dan ingatan mereka akan HP. Karena memang sudah menjadi kebiasaan kami kalau jalan keluar rumah tidak boleh akses internet, sama halnya seperti makan, tak boleh pegang HP saat makan.
- Berdoa yang paling serius, karena fase 40 hari adalah tidak mudah kawan. Melatih mereka sadar. Hingga akhirnya selesai fase hibernasi. Mereka sudah bisa mengurangi emosi saat tidak diperbolehkan. Setidaknya mereka bisa melewati huru hara imbas program pengurangan fungsi otak dan mata akibat HP.
Bagaimana setelah melewati pelatihan 40 hari tanpa HP?
- Akses internet dan pegang HP selanjutnya hanya akhir pekan atau liburan dengan batas yang sudah ditentukan. Jika pas libur atau akhir pekan, tidak boleh memegang HP 1 jam sebelum tidur dan 1 jam sesudah bangun.
- Tetap menjaga obor semangat untuk baca buku
- Ibu juga harus konsisten mengingatkan, menjaga peraturan bersama, serta menegakkan kebiasaan bersama Bapak.
- Tidak ada HP kepunyaan, semua dibawah otoritas orangtua. HP/Tablet tetap dalam kontrol orangtua termasuk password yang bisa membuka hanya orangtua atau abangnya yang tertua (anak pertama saya yang sudah SMA.
- Penerapan literasi digital dasar:
– Tak semua di internet itu benar, jangan mudah percaya.
– Jangan klik iklan/tautan sembarangan
– Selalu bertanya dengan orang tua jika ada yang aneh. - Aturan: HP hanya boleh di akses jika sudah sholat, mengaji, mandi, baca buku, atau beraktivitas luar. Ada zona bebas HP: meja makan dan ruang tidur
- Etika dasar:
– Tidak menyebar info pribadi
– Tidak berkata kasar dan kotor saat chatting
– Jaga kesopanan
– Mampu memilah mana yang baik dan buruk
Semangat membangun kebiasaan produktif tanpa ketergantungan HP. Waktu tak bisa diputar, masih banyak diluar sana yang perlu kita eksplor secara nyata. Sayang kalau hanya buat scroll.