Ngumpul Bareng Teman: Kebiasaan untuk Menyembuhkan Jiwa

Hari Jum’at (biasanya) pekan ke 1 atau ke 3, adalah acara ngumpul bareng. Di usia aku yang menginjak kepala 4, hal yang sudah banyak berkurang adalah ngumpul arisan, berkomunitas, dll. Seperlunya saja kalau ngumpul. Rasanya memang beda antara teman saat remaja atau SMA atau kuliah dengan teman yang ketemu saat emak-emak. Meski akrab terkadang ada saja menjaga perasaan. Klo temen SMA atau Kuliah dulu mungkin tak ada itu tersinggung, yah paling sekedarnya tersinggung tapi biasanya ngomong tanpa rem.

Jadi kadang kaget kalau anakku yang usia SD dan teman-temannya omongannya bikin kaget. Apalagi kosakata zaman sekarang perlu pengawasan lebih ketat. Kontrol lisan memang latihan disiplin di zaman sekarang. Mungkin karena makin ber-usia tingkat sensitifitasnya berbeda. Harus menjaga perasaan juga. Harus pula tertata. Apalagi klo dituntut elegan. Dah lah pengen dirumah saja.

Nah khusus hari jum’at kami mengadakan acara ngumpul sebulan sekali. Karena usianya dah makin sepuh, acara kumpulnya harus yang sarat manfaat sosial. Et daah. Jadi ya ngaji dulu dong. Ya kan, banter-banternya dengan usia sekarang datang ke majelis pengajian itu adalah cara ngumpul faedah. Nah, aku dan temen-temen acara ngumpulnya mengadakan pengajian Al-Kahfi ini dilakukan secara serius dengan mengundang ibu-ibu lainnya, hehe. Lalu acara aliran rasa khusus panitia adalah selepas acara berakhir berganti acara ngobrol random, dan itulah menu yang menyenangkan. Ngobrol ga jelas juntrungannya bahkan lupa kalau kita adalh wanita yang teredukasi baik, haha, terkadang pula di sela obrolan ada saja bergantian menunjukkan ekspresi dengan memandang jauh sambil membayangkan “entah”, sekedar melamun saja. Terkadang ada juga tetiba muncul perasaan rindu. Bukan rindu kepada siapa tapi rindu akan “apa”.

Obrolan pun ga ada runut, ga perlu mengeluarkan kosakata akademisi, dan ga usah terlalu jaim. Aku bersyukur di usia sekarang masih punya temen ngumpul yang apa adanya, ga jaim-jaiman, sehingga aku pun rasanya tak perlu selalu menunjukkan yang baik-baik aja dari diriku, tapi bisa juga yang jelek-jelek dari seorang aku. Intinya di usia sekarang ini temen ngumpul ya temen mengerjakan proyek bersama dan bukan hanya tujuan tercapai tapi di balik itu sebenarnya untuk mengurai rasa dan “kelelahan perasaan”. “Ngumpul itu bener-bener menyembuhkan jiwa kalau bersama orang yang tepat”. Kalau dengan orang yang kurang tepat adanya badan pegal-pegal saking menjaga image.

Bagaimana ngumpul Ibu zaman dahulu? Ngumpul ala mereka itu contohnya saat ngerewang. Tau ngga kenapa rewang itu menyenangkan, kalau rewang dilakukan dengan usia yang sama dan frekuensi yang semirip, tentu obrolan menjadi seru. Rewang pun menjadi acara yang ditunggu-tunggu. Jadi berbahagialah kalau suatu hari bertemu lagi teman rasa sahabat saat remaja.

Karena memang seiring waktu teman menjadi sedikit. Akan terus tersaring dengan sendirinya. Karena kita pun akan sendiri menghadapi ujian-ujian hidup. Jadi jangan khawatir.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *