Dua Kucing yang Menunggu Orangtuaku Sholat

Pukul 04.30 pagi, saat langit masih gelap dan udara menyimpan dingin subuh, Bapak dan Ibuku bersiap berangkat ke masjid. Kebetulan, mereka sedang menginap di rumahku. Namun pagi itu, ada yang ganjil—kedua kucingku, Ori dan Gala, tak terlihat di mana pun. Padahal biasanya, mereka sudah siaga di depan pintu, siap “mengawal” Bapak dan Ibu seperti pengawal setia. 

Halaman rumah terasa lebih lengang dari biasanya. Tak ada jejak Ori dan Gala, dua kucing kesayanganku yang biasa menyambut pagi dengan semangat. Padahal, setiap subuh mereka hampir tak pernah absen menemani Bapak dan Ibu berjalan ke masjid. Bapak sempat mencari di halaman dan bergumam, “Mana ya si Ori sama Gala? Biasanya ikut.” Ibu pun mengangguk, heran. Sudah menjadi kebiasaan mereka—dua kucing jantan yang tak pernah absen mengiringi langkah ke masjid. Dari rumah, mereka berjalan bersama, seolah tahu jalan mulia yang sedang dituju. Tak hanya itu, Ori dan Gala biasanya duduk diam di serambi masjid, menunggu dengan tenang hingga sholat berjamaah usai. Seakan tahu kapan harus pulang. Keduanya seperti sudah hafal waktu dan tujuan—mengiringi dengan langkah ringan, duduk diam di serambi, lalu pulang bersama.

Barulah Ibu bercerita. Rupanya, sejak malam sebelumnya, selepas sholat Isya, Bapak dan Ibu sempat mencari mereka di rumah dan sekitar pos dekat masjid, tempat biasanya mereka menunggu. Namun malam itu, Ori dan Gala tak terlihat. Bapak dan Ibu pun mengira mereka akan pulang sendiri. Tapi ternyata tidak. Mereka menunggu. Sepanjang malam, tanpa suara, mereka tetap setia di sekitar masjid—hingga akhirnya shubuh datang, dan suara Bapak serta Ibu kembali terdengar memanggil mereka. Mereka pun muncul dari bayang-bayang malam. Orang tuaku pun bernafas lega. Mengajak mereka kembali pulang.

Kami yang mendengar cerita Bapak dan Ibu terdiam sejenak, lalu tersenyum. Ada rasa haru dan takjub yang sulit dijelaskan. Seekor hewan pun tahu apa itu kesetiaan. Hari itu dua kucingku tidur sepanjang hari. Hingga kini mereka aku rawat karena meninggalkan cerita yang penuh haru. Mereka mungkin bukan kucing mahal, mereka hanyalah kucing kampung tapi mereka memiliki adab.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *