
Hai teman, aku mau cerita sedikit bahwa akhir bulan Mei ini, Jogja sudah beberapa pekan terakhir diguyur hujan. Hujan tentu semakin menguatkan tentang Jogja sebagai kota kenangan. Hehe. Hampir setiap sore hujan menemani sudut kota, rumah, dan hati. Ruang keluarga pun sejatinya lebih hangat saat hujan dan masing-masing kita pasti memiliki kenangan yang membawa kerinduan akan membangun tradisi bersama keluarga. Apalagi suasana hujan di akhir pekan seperti ini.
Masihkah teman melanjutkan tradisi luhur keluarga? Kalau masih ingat, apa saja kebiasaan yang ada di keluargamu saat akhir pekan? Bagiku, hujan begini kembali mengingatkanku akan kebiasaan yang orangtua saya lakukan dahulu saat akhir pekan. Tradisi turun temurun yang membawa kehangatan tersendiri di dalam hati. Kegiatan yang mungkin tak sama namun membawa pesan dan makna kebersamaan yang diwariskan kepada keluarga.
Teringat dulu hampir setiap akhir pekan ibuku membuat cemilan, ataupun membeli makanan pendamping menu utama, jika memang tak sempat membuatnya. Suguhan teh di meja depan televisi akan selalu dinikmati bersama keluarga. Obrolan bahkan perdebatan pun akan dinikmati sebagai bentuk membangun kedekatan kami.
Hampir setiap akhir pekan pun Ibuku akan memasak yang bisa disantap untuk hari sabtu dan ahad. Baginya, kumpul bersama diakhir pekan adalah momen yang ditunggu bagi Ibu yang bekerja sebagai perawat. Ketulusan beliau menjalankan peran wanita domestik dan peran publik tak membuat kami merasa terlantar. Rutinitas saat akhir pekan adalah spesial bagi kami dan banyak keluarga lainnya.

Lalu kenapa ini perlu menjadi renungan buat kita?
Sebuah riset dari USDA Foreign Agricultural Service pada 2017 menemukan bahwa 35-45% pelanggan supermaket di Indonesia berbelanja akhir pekan bersama keluarga. Hal ini menunjukkan adanya pergeseran tentang cara menghabiskan akhir pekan bersama. Apakah tidak boleh? Masing-masing orang sekarang tentu punya pandangan sendiri tentang hal ini. Mungkin memang itu kebutuhan mereka dan tidak pula setiap pekan belanja. Apakah tradisi keluarga berkumpul dengan keluarga inti saja menjadi bergeser menjadi tetap berkumpul, namun dengan cara berbeda. Ada yang staycation, atau rekreasi wisata. Mereka mencari agar tetap terhubung tapi dengan cara lain.
Namun bagiku saat waktu keluarga berada dikeramaian tentu ada nilai positif dan negative-nya. Ada yang untuk membangun kekompakan ada juga yang malah kelelahan setelah dari wisata. Aku juga dengan suami dan anak-anak terkadang mencari suasana alam untuk bisa terhubung dengan anak-anak namun memilih yang “sepi” agar lebih mudah meresapi.
Ini pula yang menjadi pengamatanku sendiri bahwa. Sekarang kita dimasa sekarang, tradisi sore sering tergantikan dengan kesibukan masing masing dengan HP. Keasyikan mengakses internet sesuai kebutuhan memang sudah menjadi prilaku. Bahkan saat bersama pergi ke tempat wisatapun HP tetap ada di tangan. Akhirnya secara tak sadar ada yang tergantikan, yakni kehangatan dan makna.
Ibu memang central dalam sebuah keluarga untuk membawa jiwa dan kehangatan. Tradisi masak di akhir pekan, tradisi sore bersama, tradisi duduk sejenak adalah aktivitas di masa sekarang yang masih perlu dijaga dan dilanjutkan untuk mengingatkan keluarga bahwa jangan terbawa arus kesibukan manusia sekarang yang cepat dan padat.
Jika diperhatikan dan yang umum terjadi di keluarga urban:
Akhir pekan menjadi waktu belanja ke mal, stay cation, atau scroll media.
Jarang lagi kerja bakti rumah bersama, kecuali di momen tertentu.
Banyak yang memilih tidur seharian akibat kelelahan dan stress kerja.
Yuk kita hidupkan kembali acara keluarga yang lebih dalam dan pelan:
- Menjadwalkan dengan anak-anak dan suami tentang kapan waktu sore khusus berkumpul. Tentu tanpa gawai.
- Minum Teh bersama dengan cemilan buatan sendiri.
- Bangunkan tradisi sabtu pagi untuk membersihkan rumah bersama anak-anak
- Adakan ruang ngobrol setiap malam minggu.
Jangan sampai kita dikendalikan dengan HP, dan sibuk dengan arus pikiran yang membuat kita asyik sendiri dan tidak terkoneksi dengan yang lain. Setidaknya saat berkumpul simpan HP.
Waktu yang kita berikan untuk keluarga adalah warisan nilai yang tak terukur harganya. Kebersamaan keluarga ada karena kita saling menjaga dan terhubung dalam setiap momen kecil.