Saya tidak berlomba untuk menjadi Ibu yang hebat, saya ingin hadir. Harapannya adalah sebuah rumah tak hanya sekedar benda tapi makna sebuah rumah adalah obrolan tentang jiwa.

Zaman boleh berubah, tapi seorang ibu tak pernah kehilangan jiwa. Jiwa ingin melindungi, jiwa ingin keselamatan anak-anak dan suami, dan jiwa mengayomi. Sebenarnya apa yang dibutuhkan Ibu zaman sekarang, dengan banyaknya target kehidupan, hiruk pikuk dunia yang semakin ramai tanpa kehilangan jati diri sebagai wanita yang berpegang teguh pada ajaran agama dan nilai sosial yang mengakar. Pola pikir mengembalikan kearifan lama untuk mengembalikan ruh rumah tangga menjadi sebuah kesadaran sebagai manusia modern tanpa kehilangan akar agar tak ikut arus derasnya modernisasi dan deadline kehidupan. Agar tak terburu-buru di semua sisi, supaya menjalankan rutinitas tak sekedar menggugurkan kewajiban. Kita perbaiki lagi semangat untuk memiliki kebijaksanaan fitrah Ibu namun tetap kuat menghadapi realita.

Keterampilan agar Kita Tak Lupa Fitrah Keibuan
- Manajemen Waktu. Cepatnya waktu terasa sekali sejak ramainya tekhnologi bertumbuh menemani budaya sekarang ini. Hampir tak ada waktu untuk bisa bersantai. Adanya pergeseran nilai dan makna “mengambil peran” baik di tugas domestik maupun publik. Kita semacam kehilangan ‘gagasan hidup’ akan setiap pilihan aktivitas sehingga misi ibu menyalakan semangat idealisme dalam generasi menjadi tergerus karena rutinitas. Kita terlupa untuk menikmati peran kewanitaanya.
- Cakap dalam Mengelola Dapur. Dapur adalah inti sebuah rumah. Dari dapur inilah hadir makanan sehat untuk keluarga. Dari dapur, nilai dan tradisi terjaga, warisan rasa tersambung baik. Dapur jugalah yang menjadi pusat penyembuhan untuk keluarga.
- Membuat rumah memiliki jiwa. Fokusnya adalah, membuat rumah terasa hangat dan nyaman tak bersandar dekorasi yang mewah atau update tapi tak hadir jiwa dan historinya. Sehingga tak beda antara galeri mebel dan rumah itu sendiri.
- Ketahanan financial. Budaya kita mungkin bergeser. Sekali pencet bisa check out. Dulu para ibu mampu menahan, kapan membeli kapan melepaskan. Sekarang sungguh berat, karena selalu ada promo di marketplace, apalagi flash sale yang akhirnya membeli bukan karena butuh, namun mumpung promo atau murah.
- Pengasuhan dengan nilai. Nyalakan kembali tradisi lisan seorang ibu bukan suara dari video pendek. Waktu kebersamaan kadang ibu lupa meletakkan hp karena tak terasa scrolling sosmed yang luar biasa menarik.
- Menaman dan berkebun meski kecil. meski tangan kita tak dingin ibaratnya. Tapi daun aromatik masih bisa kita tanam tanpa perlu tangan yang berbakat. Berkebun bisa diasah selama meluangkan waktu walau setengah jam sehari. Ini tentang piilihan bukan keterdesakan.

Saya mencoba mengingatkan pada diri saya terus menerus, bahwa kesederhanaan adalah pilihan jiwa. Menjadi bijak bukan hasil dari sehari dua hari tapi latihan berkali-kali. Menimba ilmu bertahun-tahun sepanjang hayat untuk mewariskan ilmu. Kesederhanaan bukan kekurangan, tapi lebih bagaimana mengasah jiwa agar lebih bermakna. Menjaga cerita dibalik merawat barang. Tak pula malu menjalani pola pikir jadul kalau itu dipilih dengan kesadaran. Dengan nilai yang ingin dibangun untuk keluarga dan lingkungan.