Kue Kembang Waru sejak Abad ke-18

Suatu hari ibu mertuaku pernah membawakan kue kembang waru, katanya ini kembang waru yang paling enak menurut beliau, katanya ga bikin seret. Akhirnya baru dua hari yang lalu saya dan ibu mertua bisa datang langsung ke tempat Pak Bas, yang membuat kembang waru selama puluhan tahun. Usia beliau kini 82 tahun dan bersama sang istri yang berusia 76 tahun, mereka membuat kue klasik kembang waru di Kota Gede, Jogja. Bisa dikatakan mereka adalah penjaga tradisi luhur tentang warisan nilai. Kue kembang waru sendiri diperkirakan sudah ada sejak abad ke-18 hingga awal abad ke- 20 dan dibuat untuk kalangan kraton dan pesisir jawa. Konon cetakan besinya pusat produksi awal di desa Sentolo Kulon Progo dan Kota Gede Yogyakarta.

Aku pun menyempatkan ngobrol sebentar saat membeli kue kembang waru. Beliau ternyata menangani sendiri proses pembuatan kue, tidak di bantu dengan saudara ataupun anak. Memang tempatnya juga blusukan, bukan di tepi jalan besar. Tak juga besar, cukup saja. Kata Pak Bas, beliau juga tidak ngoyo dalam berdagang. Secukupnya saja kata beliau. Oleh sebab itu Pak Bas tidak menjual kembang waru untuk di titipkan di toko-toko. Setiap hari yang memesan kue kembang waru sampe ratusan. Kue klasik yang terbuat dari telur yang cukup banyak banyak peminatnya, tak lekang jaman. Hingga saat ini kue yang tergolong jadul ini masih hadir melengkapi warisan nilai dan tradisi Jogja.

Adapun makna dan filosofi kue kembang waru adalah kue yang berbentuk bunga khas perempuan dan Ibu. Ibu yang sebagai pusat kehidupan: lembut, manis, tapi kuat dalam menjaga keluarga. Dan perempuan jawa yang meneduhkan, mengayomi, dan mempermanis kehidupan dengan kasih sayang. Seperti bunga waru sendiri yang mekar di pagi hari memberi kebahagiaan meski sederhana. Kue yang pas banget menjadi teman nge-teh dan ngopi yang garing diluar namun lembut di dalam. Melambangkan sifat perempuan yang kokoh dalam menghadapi hidup namun tetap lembut penuh kasih.

Makna Lima kelopak dari bentuk kue kembang waru:

  1. Panca indra yang harus dijaga kesuciannya
  2. Rukun lima dalam hidup berkeluarga: iman, aman, nyaman, hormat, dan kasih.
  3. Tradisi spiritual tentang laku perempuan: mengasuh, merenung, membantu, merawat, dan bersyukur.

Dari kue-kue klasik yang memiliki makna luhur dan warisan makna turun-temurun, bahwa keindahan duniawi fana, bahwa lembut bukan berarti lemah, serta kekuatan lahir dari kebiasaan dan cinta kasih.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *