Melatih Kebiasaan Taat: Charlotte Mason Abad ke-19

Kalau bisa menundukan diri pada kebaikan, maka dunia pun bisa ditundukkan. Taat bukan berarti lemah. Taat adalah keberanian menundukkan ego demi kebaikan yang lebih tinggi. -Filosofi Charlotte Mason

Tulisan ini adalah lanjutan tulisan tentang sekelumit yang saya ceritakan mengenai konsep pendidikan ala Charlotte Mason. Pada tulisan saya sebelumnya, saya mengulas tentang prinsip dasar Charlotte Mason. Jika dibahas tentang filosofi CM ini rasanya sangat banyak yang perlu di dalami dan dipraktekkan. Karena ini semacam terjemahan kebajikan dan karakter yang terstruktur, rapih, dan runut sehingga mudah dipahami dan menjadi jembatan arah pendidikan. Filosofi CM juga sangat relate dengan agama. CM sangat mengimani bahwa pendidikan juga sejalan dengan kitab suci. Meski sudah sejak abad yang lalu namun filosofi pendidikan CM sangat relevan dilakukan perlahan demi perlahan bahkan menurut saya lebih relevan di zaman sekarang dimana pendidikan menjadi sekedar “sudah menyekolahkan anak di sekolah”.

Dalam cara pandang CM melihat pendidikan ada prinsipnya yang serius dibahas yakni tentang kebiasaan untuk taat sebelum menerapkan latihan kebiasaan-kebiasaan lainnya. Konsep taat pada parenting modern jarang sekali membahas esensi namun lebih kepada mekanisme sebuah ketaatan. Dan ini sangat menarik bagi saya. Bagaimana ketaatan menjadi poin utama untuk melangkah ke poin selanjutnya dari prinsip CM.

Pernah saya berada di fase anak membantah dan tidak terkontrol. Contohnya begini, anak menolak membereskan piring setelah makan. Awalnya terjadi adu suara. Namun karena mencoba menerapkan selalu dan mengingatkan selalu anak mulai terbiasa. Ada juga saat dimana anak berkata kasar bukan karena dari atmosphere keluarga, namun dari sosial media yang ia tonton. Awalnya saya dan anak saya ribut, segala omelan dan suara meninggi pun pernah saya lakukan. Akhirnya memilih menunggu waktu sampai ia bosan sendiri dengan berkata kasar, dan latihan diingatkan akhirnya pelan-pelan berkurang, tak lupa ia di do’akan terus menerus. Saya menerapkan latihan kebiasaan dari CM. Dari sinilah mengapa filosofi CM tentang ketaatan sangat diperlukan.

Sebelum mengenal CM saya sangat permisif dan behaviorisme (menganut paham reward dan punishment) Namun semenjak mengenal CM, ada semangat untuk mulai memperbaiki kebiasaan. Ada salah satu contoh dimana kami akhirnya mengumumkan peraturan untuk tidak menggunakan hp disaat hari-hari sekolah. Awalnya secara ekstrim kami tidak memperbolehkan anak mengakses HP selama 40 hari. Karena menurut kami HP sudah pada fase gawat, mengganggu emosional dan sikap ketidakpatuhan meningkat drastis. Lalu apa yang terjadi saat mereka tidak boleh akses sama sekali? Tantrum iya, sikap mengganggu ketenangan, berkata kasar, bahkan sampai berteriak pada saya ibunya. Rumah terasa kacau, fokus terdistraksi karena adanya “kebebasan” gadget yang kebablasan. Meski waktu itu saya tetap ada jatah waktu screen time. Namun, masih belum berhasil.

Akhirnya menggunakan teknik habits of obedience. Berulang kali, terus menerus di ingatkan dengan perlunya kebiasaan taat, bahkan memberitahu cara berdialog yang sopan dengan anggota keluarga. Memang butuh kesabaran dan kelembutan yang disiplin. Pada akhirnya anak-anak sangat terkondisikan. Saya mematok bahwa tantrum akan lewat setelah hari ketiga. Syukurnya demikian, berkurang seiring hari-hari dilalui. Sampai sekarang HP hanya bisa dikases akhir pekan atau saat libur dengan waktu yang disepakati bersama. Hal yang penting dilakukan adalah bahwa orangtua konsisten dengan peraturan dan kebiasaan yang ada. Kalau perlu orangtua juga memberikan suri teladan yang konsisten.

Taat disini adalah kemampuan anak merespon otoritas orang tua dengan hormat dan sukarela. Seberapa penting anak untuk taat? Tentu saja taat yang bukan karena ketakutan pada orang tua. Taat yang dimaksud oleh Charlotte Mason adalah bagaimana anak taat dengan sukarela, paham, mengerti kenapa orang tua berlaku demikian, dan anak juga percaya bahwa orang tua berlaku demikian untuk dirinya. Bahwa orangtua membawa misi Ilahi untuk mendidik dan mengajarkan karakter serta kebajikan. Obedience (ketaatan) adalah fondasi moral yang memungkinkan anak menerima didikan dengan hati terbuka.

Apa saja yang harus dilakukan anak pada Habits of Obedience:

  1. mendengar dengan sungguh-sungguh
  2. Merespon dengan cepat dan penuh hormat
  3. Tunduk pada aturan meski tidak diawasi
  4. menghindari perdebatan berlebih saat diberi arahan
  5. Mengutamakan kebaikan dan kehendak yang lebih tinggi daripada keinginan diri.

Orang tua yang disiplin. Lembut, jujur, dan taat akan lebih mudah ditiru. Anak akan belajar dari apa yang ia lihat sehari-hari.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *