
Sekarang lagi ramai diperbincangkan, batuk merebak. Isu pun tak mau kalah, ikut menyebar. Sebuah virus sedang melanda negara konoha. Baik di sosmed maupun perbincangan warung kopi, penyakit batuk menjadi sesuatu yang “mengerikan”, yaitu mengarah ke batuk TBC. Ada rasa khawatir, ada kepanikan, apalagi jika di rumah ada orangtua kita dan anak-anak. Entah ini batuk pancaroba, atau batuk yang gimana, saya juga belum mengetahui. Berbagai obat pun tak segera memulihkan yang terkena batuk. Sembari meresapi mungkin ini panggilan alam untuk kita mulai kembali ke alam.
Kami di keluarga seringkali bertukar informasi penanganan penyakit dengan jalur herbal sebelum obat-obatan, saran yang di dahulukan pun adalah saran ramuan rempah, atau tumbuhan. Saya pun terhadap anak-anak juga apa yang ada dari rempah dapur terlebih dahulu. Inilah bentuk penghormatan kita pada alam yang memeluk kita selama ini, kalau misal sudah tak bisa terobati, sambil kemudian jalan medis untuk pengobatan jalur mantep. Ada yang berprinsip ga obat kimia, kurang mantep. Hanya sekedar berbagi bahwa sakit ini adalah sebuah alarm, panggilan lembut. Lembut bermakna pelan. Artinya sakit ini butuh berhenti sejenak, memelankan ritme kehidupan.
Mengapa butuh pelan? Tak semua harus di gegas untuk segera sembuh. Meskipun secara alami kita butuh cepat. Disinilah seninya, ada ruang hening di mana diri ini butuh berpikir, mencerna, dan mengevaluasi. Ada waktu yang dibutuhkan untuk meyakini bahwa semua sudah di atur Ilahi. Ada proses dialog antara tubuh dan hati. Mungkin juga ini jalan agar kita bisa “berdialog” dengan Allah dalam diam.

Ketika engkau sakit, jangan terburu ingin sembuh. Dengarkan baik-baik, barangkali Tuhan sedang berbicara lewat tubuhmu” Imam Al-Ghazali
Ada ramuan yang paling sering saya gunakan saat anak-anak mulai akan demam. Andalan saya adalah bawang merah diparut dikasi minyak kelapa bahkan terkadang dicampur minyak kayu putih. Ada yang samaan? Ya ini ibarat pertolongan pertama pada yang sakit. Lalu air kaldu sop ayam/daging/sayuran diminum untuk pemulihan tenaga.
Alhamdulillah dengan ijin Allah, setelah dibalur ke seluruh tubuh sambil dipijat anak-anak tidak jadi demam. Kalau batuk menyerang minum kencur lebih rutin. Sambil memberikan ramuan, sambil berdoa:
”Ya Allah, Engkaulah yang menyembuhkan, Ya Allah ringankan hamba. Ya Allah Robb manusia, hilangkanlah penyakit, sembuhkanlah. Engkaulah penyembuh. Tidak ada kesembuhan yang tidak meninggalkan sakit.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Ada beberapa resep temuan dari beberapa sumber baik buku maupun internet. Yang menurut saya sangat mudah diterapkan. Bahannya ada di dapur dan di halaman rumah. Tak hanya mengandalkan ramuan tapi tentang latihaan sikap terhadap sakit itu sendiri.
Tak menunggu sakit, kita menyediakan “kotak p3K” tempoe doloe ajaran Nenek. Apa saja kah itu:
- Menyimpan “Obat” yang hidup dan bertumbuh di pekarangan rumah dan dapur. Sebut saja, ada jahe, kencur, kunyit, bawang merah, daun sirih, sembung, saga, mint, jeruk nipis, belimbing wuluh. Tak lupa ada madu, gula aren, garam, serta minyak kelapa buatan sendiri. (Insya Allah saya akan tulisakan tentang minyak kelapa yang ajaib di tulisan selanjutnya.
- Menyiapkan alat sederhana yang dibutuhkan dikala sakit. Seperti: Botol kaca untuk minyak balur, baskom untuk uap rempah. Serbet atau kain untuk kompres atau penutup baskom saat uap. Termos air panas dan gelas tanah liat.
- Menyimpan rempah kering, seperti: cengkeh, kayu manis, temulawak, kapulaga, bunga lawang, biji habbatussauda, asam jawa, dan daun-daun kering yang sudah dijemur.
Sebenarnya terasa akrab kan “P3K tersebut” Alhamdulillah. Kita stok dan tanam semampunya, perlahan dilengkapi. Saya yakin beberapa Ibu-Ibu juga masih melakukan hal yang sama.
Dalam sakit pun Nenek dan Ibu kita tetap mengajarkan ketundukan:
- Berdzikirlah Nak.. Baca surat Yaasin, dan Ash-Syuaraa ayat 80: “Wa idzaa, maridhtu fahuwa yasyfiin, dan apabila aku sakit, Dialah Allah yang menyembuhkan aku”. Bahkan dahulu Nenek bisa dikatakan hampir tiap malam membaca surah Yaasiin. Baik sakit maupun sehat.
- Meminta maaf lalu menyendirilah terlebih dahulu. Menenangkan pikiran, tidur dan “banyak makan yang hangat serta minum air hangat” (kata Ibuku meskipun beliau perawat tapi saat batuk pilek senantiasa mengutamakan “kehangatan”, hehe)

Ramuan Kuno Rumahan ala Ibu Klasik saat batuk pilek mulai mendekati:
Dibalur-diminumkan-diuapkan-diberi ramuan
- Minyak balur, tren minyak balur ini sedang bagus dipasaran. Mulai banyak produk yang membuat minyak untuk bisa dibeli dengan praktis. Sambil berdoa sambil membalur dengan. Tapi minyak balur yang saya maksud bukan yang lagi hits. Ini minyak yang sederhana tapi insya Allah bisa menjadi pertolongan pertama.
Bahan: Bawang merah, daun sirih, dan minyak kelapa. Bahan-bahan tersebut ditumbuk dan dihangatkan. Lalu dibalurkan di dada, kaki, punggung, agar terbuka aliran pernafasan. - Membuat wedang rempah:
Bahan:
Jahe Bakar 2 ruas
Kunyit 1 ruas
Kayu manis 1 batang
Cengkeh 2 butir
Madu murni 1 sdm
Air 300 ml
Cara: Campurkan semua bahan rempah (tidak termasuk madu), dimasak hingga tersisa 200 ml air, disaring lalu diminumkan. Diminum pagi dan malam.
Bahan:
Temulawak 2 ruas
Asam Jawa 1 sdm
Gula aren
Air 400 ml,
Cara: Campurkan semua lalu rebus hingga tersisa 250 ml (dikira-kira), minum selagi hangat 1-2 kali - Penguapan:
Daun kayu putih atau daun mint segenggam
Jahe 1 ruas
Serai 1 batang
Garam Kasar 1 sdm
Air mendidih 500 ml.
Cara: Masukkan semua bahan ke baskom stainles, siram air panas mendidih. Tutup kepala dengan handuk hingga menutupi baskom 5-10 menit. Lakukan sebelum tidur ya. - Sirup alami Bawang Merah dan Madu,
Bahan:
Bawang Merah: 3 siung (iris halus)
Madu murni 3 sdm
Jeruk Nipis 1 sdt
Gula Singkong 1 sdt (opsional)
Cara: Campurkan bawang merah, madu, dan jeruk nipis. Diamkan selama 1-2 jam, bisa dimasukkan ke dalam botol kaca. Akan keluar airnya, ambil 1 sdt, bisa diminum 2-3 kali. Tambahkan dosis untuk orang dewasa.
Bagaimana? Insya Allah mudah ya, Allah mudahkan dan Allah sehatkan. Semoga yang sedang sakit diringankan, diberi kesembuhan dan diberi keluasan ikhlas. Kita sama-sama kembali ke alam, bersama lebih memilah dan membatasi makanan. Kita kembali ke alam, ke asal muasal kita.
Setiap lelah, setiap sakit yang menegur tubuhmu, bahkan duri kecil yang terasa perihnya -semua itu tiadalah sia-sia. Ketidaknyamanan ini adalah proses Allah memaafkan kita, mendetoks diri kita dengan teguran untuk kebaikan diri kita sendiri. Seperti Hadits Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam:
”Tidaklah seorang Muslim tertimpa kelelahan, kesakitan, dan kesusahan hingga duri yang menusuknya. Melainkan Allah akan menghapus sebagian dari dosa-dosanya.”
(HR. Bukhari dan Muslim)