Dulu saat saya belum menikah seringkali membayangkan punya rumah mungil papan ala film ‘Little House on The Praire’ dengan design klasik dipenuhi bunga dan tanaman serta adanya pertanian. Saya juga heran ternyata si anak tomboy dulu itu sungguh romantis. Ha ha. Jadi jika anda mempunyai anak perempuan tomboy jangan buru-buru menyimpulkan sang anak tidak suka berbau feminin. Belum hadir saja, jadi jangan jauhkan fitrah kewanitaannya semasa kecil.
Suka atau tak suka ia saat ini, beri saja contoh terus menerus. Itu yang ibuku dulu lakukan. Meski saya tak suka hal berbau feminin, ibu selalu menunjukkan seni menikmati menjadi wanita. Dari menata rumah, menata halaman, memasak, menyulam apapun itu, karena ibu saya itu masih didikan “kolonial” ya saat itu, asrama putri keperawatan di Bandung, jadi super ketat. Mereka yang masuk asrama wajib gesit dan cekatan. Bahkan cara merapikan kasur pun sungguh diatur. Aku sering dicontohkan Ibuku gimana cara rapikan sprei. Sangat ingat sekali cara ibu merapikan rumah meski kecil. Lemari juga tidak boleh berdebu. Dulu saya pikirnya, ibu bener-bener terlalu ribet. Eh setelah jauh dari rumah, barulah merasakan. Kalau dipikir-pikir manfaat banget jadinya untuk rumah tangga.
Kembali ke rumah penuh bunga. Indonesia termasuk negara yang memiliki tradisi menanam bunga sebagai identitas ritual adat dan keharuman. Dahulu, rumah-rumah banyak ditanami bunga perindang, ada “ruang” di halaman yang selalu terasa sejuk dan teduh di rumah-rumah zaman dahulu. Ini pula yang aku wujudkan, memiliki rumah dengan banyak bunga. Saya rasa hampir kebanyakan ibu juga berpikiran untuk menanam bunga. Namun terkadang waktu juga yang sering menjadi alasan untuk tak telaten menanam. Kalau dipikir-pikir saya pun sudah bolak-balik menanam lalu gagal dan menanam lagi. Akhirnya sampai menanam daun untuk masakan saja, daun hijau yang tahan banting dengan segala cuaca.
Baru setelah menikah perlahan membeli tanaman meski tak punya halaman. Setelah beberapa tahun barulah pindah ke rumah halaman yang cukup luas biar anak-anak meski di kota tetap bisa menikmati halaman dan banyak tanaman.
Tips Menanam Bunga ala Ibu Zaman Dahulu:
- Tanam dekat dapur dan pintu depan rumah.
- Pilih bunga yang bisa dikonsumsi, air bunga, untuk lulur, atau minuman. (Kalau di halaman belakang rumah, ada bunga telang yang murah meriah)
- Sisipkan pohon perdu atau pagar alami (Bunga Soka, kamboja Jepang atau Rosella)
- Berdoalah saat menanam.
Sepengalamanku, mencoba membiasakan diri untuk merawat bunga setiap hari dengan menyediakan waktu setengah sampai 1 jam. Sama halnya membiasakan diri dengan memasak setiap hari, atau apapun itu.
Menanam bunga dapat menyejukkan hati dan pikiran di saat lelah. Saya suka sekali duduk dengan melihat tanaman yang ada atau bunga yang sedang mekar. Selamat menanam bunga.